AKAL BERTINGKAT DALAM PERSPEKTIF IBNU SINA, ALQURAN, DAN NEUROSAINS SERTA RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh akal bertingkat yang dikemukakan Ibnu Sina dan kecenderungan pendidikan Islam dalam manajemen qolbu (hati) sehingga kurang memperhatikan akal. Kemudian sebagian kalangan menganggap bahwa (pikiran) tidak berada otak tetapi jiwa. termasuk penelitian kepustakaan (library reseach), dengan pendekatan kualitatif. Hasil menunjukkan membagi menjadi empat tingkatan (1). Al-‘Aql al-hayulani; (2). bi Al-Malakah; (3). Al-Fi’l; (4). Al-Mustafad. Selanjutnya Alquran menyebutkan kata dasar (‘aql) bentuk fi’il jumlah 49 kali penyebutan, satu di antaranya menggunakan lampau 48 lainnya sekarang. Hal sangat mempedulikan peran kehidupan manusia baik sebagai pemimpin muka bumi maupun hamba Allah Swt. Berdasarkan neurosains, letak terdapat memiliki bagian-bagian tersendiri memberikan fungsi berbeda. Adapun relevansinya ialah hendaknya mampu memanfaatkan segala potensi ada pada diri peserta didik berupa akal, hati jasmani. Dengan tersebut maka dapat terciptakan sebuah inovasi, hal-hal baru membawa kebaikan dunia akhirat.